tinta Qalam_Hazin

24 Mei 2011

Perdebatan Niqob di Mesir .

Kairo - Rokaya Mohamed, seorang guru taman kanak-kanak, mengatakan lebih baik mati daripada melepas cadar atau niqobnya, ia memasukkan dirinya ke garis terdepan dalam perang melawan pemerintah yang didukung ulama mengenai masalah pembatasan Islamisasi di Mesir.

Pemerintah Mesir menghendaki para guru seperti Rokaya agar melepas niqobnya didepan para muridnya yang wanita, hal tersebut menimbulkan reaksi di kalangan Islam bahwa wanita harus bisa memilih antara menutupi wajahnya dan sejalan dengan keyakinan Islam.

"Aku memakai niqob karena ini Sunnah. Ini adalah sesuatu yang membuatku dekat dengan agamaku dan dekat dengan istri para Nabi yang dahulu juga menggunakannya", kata wanita tersebut.

"Aku tahu apa yang membuat Allah dan Nabi mencintaiku, dan tidak ada seorang sheikh pun yang bisa membalikkan keyakinanku. Aku lebih baik mati daripada melepasnya, walaupun didalam kelas", tambah Rokaya.

Mesir, merupakan tanah kelahiran orang kedua Al Qaeda, Syaikh Ayman al-Zawahiri, yang telah melakukan perlawanan terhadap pemerintah sejak tahun 1990an.

Kontroversi mengenai niqob memanas bulan lalu, setelah syaikh masjid Al Azhar meminta seorang murid wanita melepas niqobnya didalam kelas setelah syaikh itu mengunjungi sebuah sekolahan. Setelah itu kemudian Syaikh besar Al Azhar mengeluarkan fatwa bahwa niqob seharusnya dilepas ketika wanita berada di kelas yang berisi semua wanita dengan guru wanita pula, di ruang khusus wanita dan di asrama wanita.

Namun, media-media Mesir juga menulis agar para wanita menunjukkan wajah mereka, media menganggap niqab berefek buruk pada kehidupan bermasyarakat.

Pengaruh Teluk

Walau mayoritas wanita di Mesir tahu jika kewajiban dalam Islam bagi wanita adalah menutupi rambut dan leher mereka dengan kerudung, namun beberapa ulama Muslim mengatakan jika niqob atau menutupi seluruh wajah adalah kewajiban.

Analis politik Hala Mustafa mengatakan, "pengaruh ini datangnya dari Teluk. Kebiasaan ini bukan dari masyarakat Mesir, ini diimpor dari Teluk", merujuk pada penggunaan niqob di kalangan wanita Mesir yang semakin meningkat.

"Ekstrimisme mulai meningkat di masyarakat Mesir dalam kurun waktu 30 tahun terakhir dan disana penduduk Mesir menerima ekstrimisme itu lalu menjadi lebih tertutup", kata analis politik wanita itu.

30 tahun lalu, para wanita datang ke Universitas Kairo hanya menggunakan rok mini dan baju tanpa lengan. Mereka bahkan berjalan-jalan di pantai Alexandria dengan menggunakan pakaian renang minim, pada saat itu masyarakat terlihat lebih liberal dan toleran.

Analis mengatakan jika kerudung atau hijab merupakan indikator status dan sudah umum dikalangan kelas bawah. Wanita dari kelas atas dan kelas menengah jarang memakai niqob pada usia muda dan mereka biasanya mengikuti perkembangan model hijab. Niqab sangat tidak biasa pada waktu itu.

Niqob Menjadi Lebih Umum


Namun, niqab menjadi lebih umum saat ini. Wanita dengan pakaian hitam besar mulai terlihat umum berjalan-jalan di mal-mal dan hotel bintang lima di Mesir, juga di pondokan-pondokan.

Pengadilan Mesir mempunyai sejarah membantu seorang wanita agar dibolehkan menggunakan niqab di dalam universitas. Pada tahun 2007, sebuah pengadilan memberikan keputusan bahwa sebuah Universitas Amerika di Kairo, yang dipandang sebagai daerah pendidikan liberal Barat dinyatakan bersalah 
karena melarang seorang cendekiawan wanita berniqob menggunakan fasilitas di universitas tersebut. Pengadilan menyatakan itu sebagai kebebasan pribadi dan kebebasan dalam beragama.

Beberapa penduduk Mesir di jalan-jalan berbeda pendapat mengenai niqab ini. Beberapa mengatakan harus dilarang karena masalah keamanan, karena niqab bisa digunakan sebagai alat bersembunyi pelaku kejahatan dan sebagai alat untuk melarikan diri dari polisi.

Beberapa warga lain menyatakan bahwa niqab tersebut merupakan perintah agama dan melindungi dari pelecehan sexsual. "Ketika seorang pria tidak dapat melihat wanita, lalu apa yang bisa ia lakukan untuk melecehkannya? Tidak bisa", kata Abu Donya, seorang supir taksi, yang pendapatnya sama dengan kebanyakan orang Mesir. "Jadi bayangkan, jika semua wanita memakai niqab, segalanya akan menjadi lebih baik", kata supir taksi tersebut.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan